Selasa, 16 November 2010

sejarah puLau baLi

Peninggalan Lontar dalam Sejarah Bali Kuno

Peninggalan Lontar-Lontar Dalam Sejarah Bali Kuno
Pulau Bali dengan corak kebudayaan yang khas telah menarik perhatian seluruh dunia terutama kalangan wisatawan dan ilmuwan. Di Bali banyak ditemukan peninggalan-peninggalan budaya, diantaranya yang terkenal adalah naskah-naskah kuno yang disebut lontar. Lotar-lontar yang jumlahnya ribuan perlu diselamatkan karena merupakan sumber yang sangat penting dalam usaha mempelajari kebudayaan Indonesia kuno, khususnya kebudayaan Bali.

Sejarah Bali kuno mencakup kurun waktu dari abad ke-8 masehi sampai abad ke-14 masehi dengan pusat kerajaan disekitar pejeng dan Bedahulu, kabupaten Gianyar. Berdasarkan Kurun waktu tersebut diusahakan memilah lontar yang jumlahnya ribuan. Lontar-lontar yang ada dapat dikelompokkan kedalam jaman Bali Kuno dan yang termasuk Bali Pertengahan (Bali-Majapahit). Penemuan lontar yang demikian banyaknya TErsimpan diberbagai perpustakaan seperti Gedong Kirtya, Fakultas Sastra, Museum Bali, Koleksi Perseorangan di Geria dan puri di Bali. Berdasarkan telaah bahasa, hurufnya, bentuk gubahannya, maka pada tulisan ini akan dikemukakan beberapa buah lontar di Bali yang diduga tergolong tua. Lontar-lontar itu sebagai berikut :
1. Bhuwana Koca.
2. Sang Hyang Kamahayanika.
3. Sang Hyang Tatwajnana.
4. Kusuma Dewa.
5. Tantu Panggelaran.
6. Brahmanda Purana.
7. Dewa Tatwa.

Lontar Di Bali

Berdirinya kantor Dokomentasi Budaya Bali tidak bisa dilepaskan dengan upaya penyelamatan dan pelestarian nilai-nilai budaya Bali, terutama yang tersimpan dalam bentuk lontar. Kekawatiran lenyapnya naskah lontar sebagai salah satu bentuk warisan budaya daerah cukup beralasan, karena warisan budaya tersebut yang ditulis diatas daun lontar tidak akan bertahan lama. Hal ini disebabkan oleh Keadaan iklim di Indonesia yang berubah-ubah sehingga mempercepat proses pelapukan. Di samping itu peralatan yang dapat digunakan untuk melindungi naskah agar tidak cepat rusak masih relatif sedikit jumlahnya. Selain faktor diatas, adanya penelitian-penelitian asing yang ingin memboyong naskah-naskah keluar negeri. Apabila hal ini terjadi sudah tentu nilai-nilai luhur yang terkandung dalam naskah-naskah lontar tersebut tidak bisa diwariskan kepada generasi berikutnya. Dengan adanya kenyataan ini pemerintah memperakarsai untuk menggali dan mengungkapkan nilai yang terpendam dalam naskah lontar. Keinginan pemerintah sekaligus untuk memperkaya khasanah budaya Nasional.

Proses Pembuatan dan Penyalinan Lontar di Bali
Pengawetan Lontar atau daun siwalan dimulai dari pemetikan daun lontar dari pohonnya sampai penyimpanan setelah ditulisi disimpan dikeropaknya. pengawetan dilakukan secara alamiah dan secara teknik kimiawi. Secara teknik alamiah biasanya dijemur pada sinar matahari, ataupun penyesuaian suhu udara sehingga tidak lembab. Hal ini dilakukan agar pori-pori air mengembang dan menguap dari daun lontar. Bendabenda yang lain
dicampurkan ketika mengawetkannya. Alat-alat pengawet itu seperti ketika merebus daun lontar dipakai sindrong (rempah-rempah), bungsil (buah kelapa yang belum berair), buah padi (gabah), direndam didalam air tawar. Bahan kimiawi biasanya dipakai kapur barus. Alat-alat bantu yang lain darimulai pemrosesan hingga lontar siap ditulisi, seperti landasan parang (pisau), Tempat menjemur, bak air, sepet (sikat dari sabut kelapa), daun traditional agar naskah lontar tidak dimakan rayap. Lontar yang telah ditulisi disimpan didalam keropak yang disebut naskah.

Naskah-naskah yang tua dan langka dapat diturun sebelum babonnya (aslinya) hilang. Lewat upaya penyalinan kedalam lontar baru, akhirnya setiap peminat dapat membuat dan memesan naskah yang diinginkan. Cara ini sudah ada pada abad ke-17, ketika naskah kekawin Ramayana yang tertua disimpan diperpustakaan Universitas Leiden. Naskah ini bernomor LOr 1790 sudah berumur tiga abad (1782 Masehi). Naskah Lain Negarakertagama temuan Brandes (1894) dari koleksi puri Cakranegara Lombok dan Calon Arang Lor 5387/5279 temuan yang sama. Rupanya Naskah yang datang ke leiden pada periode awal abad ke -20 dan akhir abad yang lalu merupakan Naskah-naskah yang tertua yang menjadi koleksi di perpustakaan Universitas Leiden.

TARI TOPENG


Topeng berarti penutup muka yang terbuat dari kayu, kertas, kain dan bahan lainnya dengan bentuk yang berbeda-beda. Dari yang berbentuk wajah dewa-dewi, manusia, binatang, setan dan lain-lainnya. Di Bali topeng juga adalah suatu bentuk dramatari yang semua pelakunya mengenakan topeng dengan cerita yang bersumber pada cerita sejarah yang lebih dikenal dengan Babad. Dalam membawakan peran-peran yang dimainkan, para penari memakai topeng bungkulan (yang menutup seluruh muka penari), topeng sibakan (yang menutup hanya sebagian muka dari dahi hingga rahang atas termasuk yang hanya menutup bagian dahi dan hidung). Semua tokoh yang mengenakan topeng bungkulan tidak perlu berdialog langsung, sedangkan semua tokoh yang memakai topeng sibakan memakai dialog berbahasa kawi dan Bali. Tokoh-tokoh utama yang terdapat dalam dramatari Topeng terdiri dari Pangelembar (topeng Keras dan topeng tua), Panasar (Kelihan - yang lebih tua, dan Cenikan yang lebih kecil), Ratu (Dalem dan Patih) dan Bondres (rakyat). Jenis-jenis dramatari topeng yang ada di Bali adalah : Topeng Pajegan yang ditarikan oleh seorang aktor dengan memborong semua tugas-tugas yang terdapat didalam lakon yang dibawakan. Di dalam topeng Pajegan ada topeng yang mutlak harus ada, yakni topeng Sidakarya. Oleh karena demikian eratnya hubungan topeng Pajegan dengan upacara keagamaan, maka topeng ini pun disebut Topeng Wali. Dramatari Topeng hingga kini masih ada hampir diseluruh Bali. Topeng Panca yang dimainkan oleh empat atau lima orang penari yang memainkan peranan yang berbeda-beda sesuai tuntutan lakon, Topeng Prembon yang menampilkan tokoh-tokoh campuran yang diambil dari Dramatari Topeng Panca dan beberapa dari dramatari Arja dan Topeng Bondres, seni pertunjukan topeng yang masih relatif muda yang lebih mengutamakan penampilan tokoh-tokoh lucu untuk menyajikan humor-humor yang segar.

0 komentar:

Posting Komentar